fluktuasi suhu adalah musuh terbesar
dalam penimbangan presisi tinggi
Instrument atau alat ukur mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya adalah
repeatability, resolution, linearity, hysteresis, sensitivity, dan threshold.
Seperti karakteristik instrument lainnya sensitivity
(kepekaan) dapat mempengaruhi tingkat ketelitian hasil pengukuran. Secara
general sensitivity didefinisikan
sebagai rasio dari respon output terhadap input penyebab pada kondisi statis.
Sebagai sebuah instrument timbangan juga memiliki karakteristik ini, baik itu
pada timbangan mekanik, timbangan elektro-mekanik, maupun timbangan full-electronic. Dalam ilmu timbangan sensitivity merupakan perubahan signal
output yang disebabkan oleh adanya perubahan beban (load). Sensitivity
sebuah timbangan merupakan ukuran kemampuan timbangan untuk mendeteksi adanya
perubahan massa beban. Secara matematis sensitivity
dapat dirumuskan sebagai berikut:
dimana,
DR adalah perubahan signal output, dan
Dm adalah perubahan massa beban
Sensitivity dan Scale Value
Untuk two-pan balance,
misalkan neraca sama lengan, sensitivity
ditentukan melalui pengujian parameter sensitivity-reciprocal.
Parameter ini dalam aplikasi
dikenal dengan scale value atau nilai
skala. Semakin kecil nilai sensitivity-reciprocal
maka nilai sensitivity dari timbangan
semakin besar. Dengan demikian sensitivity-reciprocal
dapat dirumuskan sebagai,
Besarnya sensitivity sebuah
neraca sangat tergantung pada nilai beban, secara umum semakin besar nilai
beban maka akan semakin kecil sensitivity-nya.
Sebagai contoh untuk neraca D sensitivity
pada beban 1 g adalah 2,5 skala/mg dan pada beban 50 g adalah 0,5 skala/mg.
Berbeda dengan neraca sama lengan, untuk single-pan balance ataupun timbangan elektronik dimana pembacaan
terhadap massa beban yang ditimbangnya dapat langsung dibaca, maka besarnya sensitivity dari timbangan tersebut pada
dasarnya selalu diset pada nilai nominalnya. Ini menunjukan bahwa timbangan
jenis ini mempunyai sensitivitas yang
relatif sama untuk setiap bebannya. Besarnya sensitivity adalah ukuran slope
atau kemiringan dari kurva karakteristik timbangan, kurva ini merupakan sebuah
garis lurus antara beban nol dan maksimum. Dengan demikian sensitivity dapat dirumuskan menjadi,
dimana f adalah sudut elevasi dari kurva karakteristik.
Sensitivity Error
Secara sederhana nilai sebenarnya dari sensitivity
dapat ditentukan sebagai berikut, ketika kita muati sebuah timbangan dengan
beban 50 g maka seharusnya timbangan tersebut akan menunjukkan 50 g juga. Sensitivity timbangan pada beban ini
adalah :
Pada umumnya nilai sensitivity
timbangan elektronik ataupun mass
comparator mendekati 1. Bila nilai tangen (f) kurang dari 1 dikatakan slope kurva
karakteristik kekecilan (slope too small)
dan bila lebih besar dari 1 dikatakan slope kurva karakteristik kebesaran (slope too large). Sebagai contoh sebuah
timbangan mempunyai sensitivity
sebesar 1,000 000 5 atau sensitivity
error 0,5 ppm, ini berarti ketika kita menimbang sebuah beban kecil,
misalkan cincin emas 1 g, akan terjadi
deviasi akibat sensitivity error
sebesar :
1 g x 0,5 ppm = 0,5 mg
Bila mass comparator tersebut
kita gunakan untuk mengkalibrasi anak timbangan dengan massa nominal 200 g, dan
misalkan dari hasil pembandingan tersebut diperoleh DmC = 2 mg, maka uncertainty (ketidakpastian) dari nilai DmC tersebut dapat diestimasi
sebesar :
Sensitivity Drift
Nilai sensitivity sebuah mass comparator tergantung pada suhu lingkungan
disekitarnya. Variasi nilai sensitivity akibat adanya variasi suhu ini dikenal
dengan istilah sensitivity drift, yang dinyatakan dalam besaran koefisien suhu
sensitivity (temperature coefficient of
the sensitivity, TC). TC merupakan presentase deviasi penunjukkan timbangan
per derajat Celcius. Sebuah mass comparator yang mempunyai nilai TC = 0,0001%/oC
berarti perubahan suhu sebesar 1 oC menyebabkan perubahan
sensitivity sebesar 1x 10-6. Secara fisis TC dirumuskan dengan
persamaan,
Bila sebuah mass comparator yang
memiliki sensitivity sebesar 0.0001%
digunakan untuk mengkalibrasi anak timbangan 200 g kelas E2, dan
ketika proses kalibrasi berlangsung telah terjadi perubahan suhu laboratorium
sebesar 3 oC, maka akan menyebabkan adanya perubahan penunjukan /
indikator mass comparator sebesar,
Menurut rekomendasi OIML R-111 (2004), anak timbangan 200 g kelas E2
mempunyai nilai maximum permissible error
(MPE) 0,3 mg, yaitu jauh lebih kecil dari DR. Dengan demikian, bila selama proses
kalibrasi anak timbangan terjadi perubahan suhu seperti diilustrasikan di atas,
maka kegiatan kalibrasi yang dilakukan menjadi tidak berarti.
-o0o-
No comments:
Post a Comment